Senin, 27 Februari 2012
Rabu, 22 Februari 2012
SEJARAH ACEH DARUSSALAM
SEJARAH SINGKAT ACEH DARUSSALAM
Bangsa Aceh termasuk ke dalam lingkungan rumpun bangsa Melayu. Yaitu bangsa-bangsa: Mante (Bante), Lanun, Sakai Jakun, Semang (orang laut), Senui dan lain-lain yang berasal dari negeri Perak dan Pahang dari Tanah Semenanjung Melaka. Ke semua bangsa ini menurut ethnology, ada hubungannya dengan bangsa Phonesia di Babylonia dan bangsa Dravida di lembah sungai Indus dan Gangga.
SILSILAH RAJA ISLAM DI ACEH
Asal
Usul Raja-Raja Aceh
Kita
ketahui, bahwa Islam yang masuk ke Nusantara masih banyak bersilang pendapat
dari para ahli sejarah. Pendapat tersebut masing-masing di didukung oleh T.W.
Arnold, Sayed Naquib Al-Attas dan Prof. Hamka yang mendukung bahwa Islam datang
ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi (1 Hijriyah), namun pendapat lain seperti
Snouck Hurgronje, J.P. Moquette dan R.A. Kern yang menyatakan Islam baru datang
ke Nusantara pada abad ke-13 dan bukan langsung dari Arab melainkan dari
Gujarat.
Selasa, 21 Februari 2012
Mesjid Tua Indra Puri
Peninggalan Hindu di Mesjid Tua Indrapuri
BERAWAL dari sebuah candi Hindu, lambat laun berubah menjadi mesjid yang kini telah menjadi salah satu tempat wisata realigi di desa Peukan Indrapuri atau dikenal dengan Indrapuri Pasar, Kabupaten Aceh Besar. Unik dan menarik untuk diketahui, serentetan sejarah masuknya Islam ke Aceh membuat kita tidak akan pernah tahu kisah dari candi Hindu yang sempat dihancurkan lalu menjadi mesjid yang kini masih setia menemani warga setempat untuk beribadah.
Mesjid Indrapuri ini masih tetap terjaga dengan etnik tradisional yang dimilikinya, bentuk serta ukuran yang tidak begitu mewah menambah tanda tanya besar, dari mana asal usulnya mesjid yang berukuran bujursangkar tersebut bisa menyimpan berjuta sejarah Aceh tempo dulu.
PERADABAN ACEH
Mempertahankan Peradaban Aceh
DALAM kesempatan kali ini saya akan mengulas sedikit tentang peradaban Aceh, seperti yang pernah termuat dalam sebuah buku “Sejarah Peradaban Aceh” karangan dari Abdul Rani Usman (A. Rani Usman, -pen) salah satu putra Aceh yang lahir di Ulee Ateueng, Simpang Ulim, Aceh Timur.
Buku yang mengulas peradaban Aceh tersebut, saya peroleh dari hasil pencarian sederhana melalui jaringan internet yang berada di perpustakaan pusat Universitas Indonesia, dan setelah saya lihat-lihat dari daftar isi buku tersebut, ternyata membuat saya agak sedikit tertarik untuk bisa membaca dan mengulas lebih dalam.
Beranjak dari sedikit ketertarikan itulah, membuat hati ini membawa dalam satu perasaan ingin mengetahui lebih lanjut dari makna yang terkandung dari buku yang sedang berada di tangan saya waktu itu, walaupun secara umum ilmu sejarah dan budaya yang saya miliki masih sangat minim, maka dari itu kinilah saatnya untuk mengetahui lebih lanjut.
Langsung saja kemaksud dan tujuan dari tulisan saya ini, yakni akan melihat dan menceritakan isi buku tersebut dengan segala pengetahuan dan apa yang saya dapat dari 156 halaman tebalnya buku “Sejarah Peradaban Aceh” dengan tempo waktu seminggu saya mencoba untuk mengenal Aceh lebih dalam lagi tentang sejarah peradaban terdahulu.
Ada sedikit gambaran luar, yang dapat kita baca dari buku karangan A. Rani Usman, yakni tulisan yang ditulis oleh Prof. Nazaruddin Sjamsuuddin sebagai kata pengantar pada buku itu. Sebuah gambaran yang menjelaskan lahirnya Aceh sebagai sebuah bangsa yang berbentuk kerajaan sampai seperti sekarang ini menjadi dalam kerangka Republik Indonesia, sungguh membuat saya cukup terpana dari apa yang dipaparkan dalam buku ini secara sekilas.
Aceh yang memiliki peradaban jauh lebih komplek dibandingkan daerah-daerah lain di Nusantara, sampai saat ini telah mengalami sembilan tahap perkembangan peradaban dalam lima abad terakhir. Pertama bisa kita temukan pada perlawanan bangsa Portugis yang ingin menguasai Aceh pada tahun 1509.
Senin, 20 Februari 2012
LEGENDA TAPAK TUAN
LEGENDA TAPAKTUAN
Legenda Tapaktuan merupakan salah satu cerita legenda masyarakat
Tapak Tuan di Aceh Selatan. Cerita ini mengisahkan asal usul sejumlah nama di
kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan dan asal usul nama Tapaktuan yang
dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan yang hingga sekarang masih dapat kita
saksikan seperti kuburan dan Jejak kaki Tuan Tapa, batu merah dan batu itam.
Di
dalam cerita itu dikisahkan perjalanan hidup Tuan Tapa, seorang pertapa yang
sangat taat kepada Allah. Karena ketaatannya, Tuan Tapa dapat mengetahui
hal-hal gaib yang tidak diketahui manusia biasa.
Kisah
ini menceritakan tentang perebutan sepasang Naga (Jantan dan Betina) dengan
orang tua sang putri. Legenda klasik ini terus merakyat di Tapaktuan. Secara
turun temurun, legenda itu terus berkembang. Bahkan remaja yang hidup di zaman
modern ini, di Tapaktuan juga mengetahui cerita ini.
Sebenarnya,
Legenda ini memiliki alur cerita yang sama. Namun, hanya saja cara
penyampaiannya yang berbeda-beda. Yang pasti dalam semua cerita yang
disampaikan tokoh adat atau masyarakat biasa tentang legenda ini tak terlepas
tiga hal, yaitu ada Dua ekor Naga, Tuan Tapa. Putri Bungsu. Dan Lalu, adanya
pertempuran itu. Semoga pesan moral dari legenda ini, bermanfaat bagi sobat
pembaca.
meninggalnya dajjal
Tempat di bunuhnya Dajjal
Dari Abdullah Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda “Ketika saya sedang tidur, saya bermimpi melakukan tawaf di Kaabah, lalu ada seorang berambut lebat yang meneteskan air dari kepalanya, lalu aku tanyakan siapakah ini, mereka menjawab, ”Ibnu Maryam as”, kemudian aku berpaling dan melihat seorang laki-laki yang gemuk, berkulit merah, berambut keriting, matanya buta sebelah, dan matanya itu seperti buah anggur yang masak (tak bersinar). Mereka mengatakan, ”Ini Dajjal”. Dia adalah orang yang paling mirip dengan Ibnu Qathn, seorang laki-laki dari Khuza’ah.” [HR al-Bukhari, dan Muslim].
Dari Anas, beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, Dajjal itu matanya terhapus (buta), tertulis di antara kedua matanya kafir, kemudian beliau mengejanya, kafir yang boleh dibaca oleh setiap orang muslim dan di antara kedua matanya terdapat tulisan “kafir” (HR Muslim). Pada hadis pertama di atas menyebutkan beberapa ciri fizikal dajjal, iaitu postur tubuhnya gemuk, kulitnya kemerah-merahan, sebelah matanya buta, matanya seperti buah anggur yang masak. Dan pada hadis kedua disebutkan ciri yang lain, ia itu tertulis huruf kafir di antara kedua matanya. Tanda itu boleh difahami oleh setiap muslim baik yang boleh membaca maupun yang buta huruf.
Ummu Syuraik bertanya kepada Rasulullah tentang hari dajjal : "Ya Rasulullah ke mana orang-orang Arab ketika itu?". Rasulullah menjawab "Jumlah mereka pada waktu itu terlalu sedikit. Mereka lari ke Baitulmaqdis menjumpai Imam (Imam Mahdi) mereka. Ketika Imam mereka sudah berdiri di depan untuk mengimamkan solat subuh, tiba-tiba datang Isa Bin Maryam. Imam itu mahu mundur untuk memberi peluang kepada Isa, tetapi Isa sambil memegang bahu Imam itu berkata : "Teruskanlah, sesungguhnya Iqamat dibacakan untuk engkau". Maka sembahyanglah mereka semua dibelakang Imam tadi. Selesai solat, Isa A.S. berkata kepada semua jemaah : "Bukakan pintu itu". Mereka membuka pintu Masjid itu, tiba-tiba Dajjal sudah berdiri di situ dan
Sabtu, 18 Februari 2012
mencari kepala cut ali
Mencari Kepala Cut Ali
“Saya di sini dengan 80 pasukan, dan kalau Tuan tidak datang dengan 120 serdadu, lebih baik di rumah saja!”
LELAKI itu terkenal dengan selera humor yang tinggi. Acap kali, saat berada di tengah-tengah masyarakat Aceh ketika melawan Belanda, ia berujar, “Ho ka kompeuni?” ‘di mana kau kompeni?’ sembari berdiri berkacak pinggang.
SEJARAH TEUKU CUT ALI
SEJARAH
PAHLAWAN TEUKU CUT ALI
Dengan
nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang.
Petualangan Tokoh Penyiar Islam
Sang
Petualangan Ibnu Batutah Dalam
Menyiarkan Islam
Selama ini tercatat
dalam sejarah bahwa Columbus (1451-1506M) telah menjelajahi dunia. Dikatakan
dialah penemu Dunia Baru atau Benua Amerika. Tidak banyak yang tahu jauh
sebelum Columbus, orang-orang Arab sudah menjelajahi dunia. Salah seorang
dari mereka ialah Ibnu Batutah atau nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin
Abdullah Al-Lawati Al-Tanji. Beliau dilahirkan di Tangiers, Morocco, Afrika
Utara pada 24 Februari 1304M. Besar dalam keluarga yang taat memelihara tradisi
Islam, Ibnu Batutah giat mempelajari fiqh dari para ahli yang sebagian besarnya
menduduki jabatan kadhi (hakim). Beliau juga mempelajari sastra dan syair Arab.
Kejayaan beliau dinikmati
ketika zaman kekuasaan Bani Marrin di Morocco. Penguasaannya tentang dunia
pelayaran didapat ketika bersama-sama pasukan kerajaan memerangi pasukan perang
Perancis. Morroco dan Perancis hanya terpisah oleh lautan sehingga pertempuran
laut sering terjadi antara keduanya. Pada akhirnya, Morroco pernah menjadi salah
satu negara jajahan Perancis.
Menurut sejarahwan
Barat, George Sarton, yang mengutip catatan Sir Henry Yules, Ibnu Batutah telah
mengembara sejauh 75,000 mil melalui daratan dan lautan. Jarak ini jauh lebih
panjang dari yang dilakukan Marco Polo dan penjelajah mana pun sebelum
datangnya zaman mesin uap. Ketika Marco Polo meninggal dunia, Ibnu Batutah baru
berusia 20 thn. Ahli sejarah seperti Brockellman mensejajarkan namanya dengan
Marco Polo, Hsien Teng, Drake dan Magellan.
Kisah seluruh
perjalanan Ibnu Batutah ditulis oleh Ibnu Jauzi, juru tulis Sultan Morroco, Abu
Enan. Karya itu diberi judul Tuhfah Al-Nuzzar fi Ghara’ib Al Amsar wa Ajaib
Al-Asfar (Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-kota Asing dan Perjalanan
yang Mengagumkan). Karya ini telah menjadi perhatian berbagai kalangan di Eropa
sejak diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Perancis, Inggris dan Jerman.
Kepergian pertama
Ibnu Batutah ketika beliau menunaikan ibadah haji pada usia kurang dari 21 thn.
Menurut catatan sejarah, kepergian itu tepat pada 14 Jun 1325M. Beliau
menyeberangi Tunisia dan hampir seluruh perjalanannya ditempuh dengan berjalan
kaki. Beliau tiba di Alexandria pada 15 April 1326 dan mendapat bantuan dari
sultan Mesir berupa uang dan hadiah untuk bekal menuju Tanah Suci.
Satu kesan menarik
ketika beliau tiba di pantai Mesir bagian utara. Menurutnya, Alexandria adalah
sebuah pelabuhan yang berkembang dan merupakan pusat perdagangan serta pusat
angkatan laut di daerah Laut Tengah (Mediterranean) bagian timur. Di Negeri
Seribu Menara ini, beliau menerima hadiah dan uang dari sultan Mesir.
Perjalanan ke Makkah dilanjutkan melalui Kairo dan Aidhab, pelabuhan penting di
Laut Merah dekat Aden.
Beliau kemudian kembali ke Kairo dan melanjutkan perjalanan ke Makkah melalui Gaza, Jerusalem, Hamamah, Aleppo dan Damaskus di Syria. Beliau tiba di Makkah pada Oktober 1926. Selama di Makkah, Ibnu Batutah bertemu dengan jamaah dari berbagai negeri. Pertemuan inilah yang mendorong semangat beliau mengenal langsung negeri-negeri asal jamaah haji. Lalu beliau membatalkan kepulangannya dan memulai pengembaraan menjelajahi dunia.
Mulai dengan menyeberangi gurun pasir Arabia menuju Iraq dan Iran, beliau kemudian kembali ke Damaskus dan melanjutkannya ke Mosul, India. Setelah itu beliau menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya ke Makkah dan menetap di Kota Suci itu selama tiga tahun (1328-1330M). Puas menetap di Makkah, beliau terus melanjutkan pengembaraan ke Aden dan belayar ke Somalia, pantai Afrika Timur, termasuk Ziela dan Mambasa. Kembali ke Aden, lalu ke Oman, Hormuz di Teluk Persia dan Pulau Dahrain. Beliau sempat mampir sebentar di Makkah pada 1332, lalu menyeberangi Laut Merah, menyusuri Nubia, Nil Hulu, Kairo, Syria dan tiba di Lhadhiqiya. Beliau kemudian menggunakan sebuah kapal Genoa, belayar ke Alaya di pantai selatan Asia Kecil.
Beliau kemudian kembali ke Kairo dan melanjutkan perjalanan ke Makkah melalui Gaza, Jerusalem, Hamamah, Aleppo dan Damaskus di Syria. Beliau tiba di Makkah pada Oktober 1926. Selama di Makkah, Ibnu Batutah bertemu dengan jamaah dari berbagai negeri. Pertemuan inilah yang mendorong semangat beliau mengenal langsung negeri-negeri asal jamaah haji. Lalu beliau membatalkan kepulangannya dan memulai pengembaraan menjelajahi dunia.
Mulai dengan menyeberangi gurun pasir Arabia menuju Iraq dan Iran, beliau kemudian kembali ke Damaskus dan melanjutkannya ke Mosul, India. Setelah itu beliau menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya ke Makkah dan menetap di Kota Suci itu selama tiga tahun (1328-1330M). Puas menetap di Makkah, beliau terus melanjutkan pengembaraan ke Aden dan belayar ke Somalia, pantai Afrika Timur, termasuk Ziela dan Mambasa. Kembali ke Aden, lalu ke Oman, Hormuz di Teluk Persia dan Pulau Dahrain. Beliau sempat mampir sebentar di Makkah pada 1332, lalu menyeberangi Laut Merah, menyusuri Nubia, Nil Hulu, Kairo, Syria dan tiba di Lhadhiqiya. Beliau kemudian menggunakan sebuah kapal Genoa, belayar ke Alaya di pantai selatan Asia Kecil.
Setelah melakukan
perjalanan laut, pada 1333 Ibnu Batutah melanjutkan pengembaraan lewat darat.
Dilaluinya Rusia Selatan hingga sampai ke istana Sultan Muhammad Uzbeg Khan
yang ada di tepi Sungai Wolga. Kemudian diteruskan penjelajahan hingga ke
Siberia. Awalnya beliau berniat menuju Kutub Utara, namun dibatalkan kerana
dinginnya cuaca daerah “Tanah Gelap”, sebutan wilayah yang tak pernah ada sinar
matahari.
Ibnu Batutah mengunjungi Kaisar Byzantium, Audronicas II dan mendapat perlakuan baik dari Kaisar. Dihadiahkan kuda, pelana dan payung.
Ibnu Batutah mengunjungi Kaisar Byzantium, Audronicas II dan mendapat perlakuan baik dari Kaisar. Dihadiahkan kuda, pelana dan payung.
Perjalanan darat
dilanjutkan menuju Persia Utara hingga Afghanistan dan beristirahat di Kabul.
Pengembaraan berhenti sementara ketika Ibnu Batutah sampai di India dan bertemu
dengan Sultan Delhi, Muhammad bin Tuqluq. Di kesultanan ini, Ibnu Batutah
diangkat menjadi hakim oleh sultan dan tinggal di negeri ini selama delapan
tahun.
Ketika menuju kawasan Cambay di India, beliau telah diserang sekelompok penyamun dekat Aligarh dan ditawan. Berkat permohonan seseorang, beliau selamat dari hukuman mati dan dilepaskan. Sebelum melanjutkan perjalanan, beliau diminta Sultan Delhi untuk menghadap. Sultan akhirnya memutuskan Ibnu Batutah menjadi duta besar kepada maharaja Cina.
Ketika menuju kawasan Cambay di India, beliau telah diserang sekelompok penyamun dekat Aligarh dan ditawan. Berkat permohonan seseorang, beliau selamat dari hukuman mati dan dilepaskan. Sebelum melanjutkan perjalanan, beliau diminta Sultan Delhi untuk menghadap. Sultan akhirnya memutuskan Ibnu Batutah menjadi duta besar kepada maharaja Cina.
Dalam kunjungannya
ke Cina, tercatat kekaguman Ibnu Batutah terhadap kekuatan armada besar yang
dibangun mereka. Beliau beruntung mendapat kesempatan menikmati perahu pesiar
milik maharaja menuju Peking. Kembali dari Cina, Ibnu Batutah mengunjungi
India, Oman, Persia, Iraq dan Damaskus. Kemudian beliau kembali ke Makkah
menunaikan ibadah haji untuk kali keempat pada 1348M. Sekembalinya dari haji,
beliau menyusuri Jerusalem, Gaza, Kairo dan Tunis. Dengan menumpang perahu dari
Tunis, beliau menuju Morroco lewat Dardinia dan tiba di Fez, ibu kota Morroco
pada 8 November 1349M. Sejak itu beliau menetap hinga akhir hayat pada 1377M.
Seluruh pengembaraan beliau ke negara Islam dan non-Islam berlangsung selama 24
tahun.
Satu catatan Ibnu
Batutah, dalam perjalanan laut menuju Cina, beliau pernah mampir di wilayah
Samudera Pasai (kini Aceh) yang menurut penilaian beliau “negeri nan hijau dan
subur”, “rakyat dan alamnya indah dan menawan”, “negeri yang menghijau dan kota
pelabuhannya besar dan indah”. Dalam versi lainnya, beliau menulis pulau
Sumatra sebagai “Pulau Jawa yang menghijau”.
Kedatangan Ibnu
Batutah disambut Amir (panglima) Daulasah, Qadi Syarif Amir Sayyir Al-Syirazi,
Tajuddin Al-Asbahani dan beberapa ahli fiqh atas perintah Sultan Mahmud Malik
Zahir (1326-1345). Pada pandangan Ibnu Batutah, Sultan Mahmud merupakan
penganut mazhab Syafi’i yang giat menyelenggarakan pengajian, perbahasan dan
muzakarah tentang Islam. Kata beliau “Sultan sangat rendah hati dan berangkat
ke masjid untuk sholat Jum’at dengan berjalan kaki. Selesai sholat, Sultan dan
rombongan biasa berkeliling kota melihat keadaan rakyatnya”.
Beliau juga melihat
Samudera Pasai saat itu merupakan pusat studi Islam. Penilaiannya itu wajar
karena sejarah berdirinya kerajaan Samudera Pasai juga merupakan kerajaan Islam
pertama di Nusantara. Kerajaan Samudera Pasai telah didirikan oleh Sultan
Malikus Shaleh (W 1297), yang sekaligus sebagai sultan (pemimpin) pertama
negeri itu. Beliau berada di Samudera Pasai selama 15 hari. Sempat mengunjungi
pedalaman Sumatra yang masih dihuni masyarakat non-Muslim. Di situ juga beliau
menyaksikan beberapa perilaku masyarakat yang mengerikan, bunuh diri massal
yang dilakukan hamba ketika pemimpinnya mati.
SOSOK TEUKU RAJA ANGKASA
Teuku
Raja Angkasah, mendeklarasikan perang melawan Kompeni Belanda. Hingga akhirnya
syahid di Buket Gadeng, Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan, 25 Oktober
1925.
Postur
tubuhnya memang kecil, tapi bukan berarti tidak punya nyali dan keberanian. Sejak
kecil, sahabat Teuku Cut Ali ini, sudah memiliki keberanian dan kelebihan.
Kelihaian dalam memainkan pedang, menjadikan putra dari Teuku Abdurrahman itu
disegani kawan-kawan seperjuangannya. Belanda menjulukinya sebagai “Harimau
Sumatera” karena keperkasaannya.
Teuku
Raja Angkasah mulai memimpin perang melawan marsose Belanda awal tahun 1925.
Dalam perang tersebut, banyak marsose Belanda tewas ditangan Raja Angkasah.
Hampir setiap hari, ada marsose Belanda yang terbunuh. Keadaaan ini, jelas
membuat militer Belanda gusar dan gamang, hingga berujung didirikannya markas
marsose Belanda di Bakongan.
Sebelumnya,
markas marsose khusus itu hanya ada lima di Aceh, yaitu di Indrapuri (Aceh
Besar), Jeuram (Aceh Barat), Tangse (Pidie), Peurelak (Aceh Timur), dan di
Takengon (Aceh Tengah). Perang di Bakongan, adalah perang yang paling sulit dan
menakutkan bagi marsose Belanda. Maklum, banyak marsose Belanda yang ditugaskan
di wilayah ini hanya tinggal nama.
Istilah
“Kapal Putih”, momok yang menakutkan bagi Marsose Belanda. Bayangkan, hampir
setiap minggu mayat-mayat marsose Belanda diangkut dengan kapal tersebut dari
Bakongan menuju Kuta Raja (Banda Aceh) untuk dikuburkan di Komplek Perkuburan
Kerkoff di Setui, Banda Aceh. Itulah salah satu bukti dari keganasan Raja
Angkasah dalam membasmi Belanda.
Menurut
Teuku Ramli Angkasah, putera kandung Raja Angkasah. Ada beberapa penyebab
Ayahandanya bertempur melawan Marsose Belanda. Pertama, sikap Belanda yang
mulai mencengkram wilayah Aceh, kedua pendirian Tangsi Militer di Bakongan. Ketiga,
sikap Belanda yang mengadu domba keluarga Hulubalang Bakongan. Keempat
terbunuhnya Ayahanda Teuku Raja Angkasah, yaitu Teuku Abdurahman yang merupakan
hasil provokasi Belanda dan antek-anteknya di Bakongan. Dan yang terakhir,
Belanda ingin memperkuat basis di Bakongan dengan melemahkan peran Hulubalang.
Perang
Bakongan termasuk bagian Perang Aceh yang sangat menguras enerji maupun biaya
bagi pihak Belanda, termasuk menewaskan Prajurit Belanda yang sedemikian banyak
diantaranya terdapat beberapa Jenderal Belanda. Teuku Raja Angkasah memiliki
cara yang unik saat bertempur dengan Belanda. Strategi yang digunakan Teuku
Raja Angkasah dalam Perang Bakongan adalah :
·
Sebelum bertempur Teuku Raja Angkasah
senantiasa mengirimkan surat tantangan kepada Marsose Belanda untuk melakukan
pertempuran di suatu tempat. Strategi ini merupakan bentuk perang urat syaraf
(psywar) untuk menjatuhkan mental pihak lawan.
·
Mengingat keunggulan Teuku Raja Angkasah dalam
bermain pedang dan keterbatasan persediaan senapang mesin yang dimilikinya,
Teuku Raja Angkasah sering menawarkan untuk bertanding pedang dengan Komandan
Marsose Belanda, diantaranya Kapten Paris yang dikenal sebagai Singa Afrika dan
sebelumnya pernah menjadi Komandan Pasukan Belanda di Afrika Selatan. Teuku
Raja Angkasah unggul dalam pertandingan pedang ini. Keunggulan Teuku Raja
Angkasah dalam bermain pedang ini adalah kemampuannya untuk meloncat
seolah-olah melayang sambil mengayunkan pedangnya kepihak musuh.
·
Melakukan jebakan dengan menggunakan tali pada
jalur-jalur yang dilalui oleh Pasukan Marsose Belanda. Saat Marsose Belanda
terperangkap pada tali-tali tersebut maka Teuku Raja Angkasah bersama
Pasukannya melakukan penyerbuan dan menghabisi para Marsose tersebut.
·
Teuku Raja Angkasah bersama pasukannya
menunggu di puncak bukit (Bukit Gading di Hulu Bakongan). Dikaki Bukit terletak
sungai yang dilalui Belanda. Saat Belanda menyeberang sungai maka Teuku Raja
Angkasah bersama pasukannya akan menyerbu dari atas sehingga membuat Pasukan
Marsose Belanda kocar-kacir.
·
Berkoordinasi dengan pejuang lainnya
diantaranya Teuku Cut Ali dan Teuku Datuk Raja Lelo untuk mengatur posisi
secara menyebar sehingga menyulitkan pihak Belanda.
Belanda,
kebingungan dan kewalahan atas perlawanan yang dilakukan Raja Angkasah beserta
panglima perangnya. Acap kali, setiap peperangan berlangsung banyak marsose
Belanda yang gugur. Berbagai cara pun dilakukan, agar Raja Angkasah dan
pengikutnya dapat dilumpuhkan. Kompeni Belanda, menyebut Teuku Angkasah sebagai
Teuku Angkasa. Itu dikarenakan, kemahirannya melompat dan melayang sambil
mengayunkan pedang. Belanda hampir kehilangan akal untuk melumpuhkan “Harimau
Sumatra” tersebut. Hingga akhirnya, Komando Pusat Belanda di Batavia (Jakarta),
mengirim Kapten Paris ke Bakongan.
Kapten
Paris, yang di juluki “Singa Afrika” khusus dikirim untuk melumpuhkan kekuatan
Raja Angkasah dan pejuang lain. Sebelumnya, Kapten Paris pernah memimpin
pasukan Belanda di Afrika Selatan dan terkenal dengan ketangguhannya bermain
pedang. Diutusnya Kapten Paris ke Bakongan, tak membuat Raja Angkasah gentar
dan takut. Untuk membuktikan kehebatan Kapten Paris, Raja Angkasah menantangnya
satu lawan satu. Ajakan itu, tentu diterima Kapten Paris dengan senang hati.
Sebaliknya, Kapten Paris, juga ingin membuktikan kehebatan Teuku Raja Angkasah.
Tanding pedang Teuku Raja Angkasah versus Kapten Paris pun berlangsung alot.
Singa Afrika tersebut kewalahan menghadapi kelincahan Raja Angkasah dalam
memainkan pedang. Hingga akhirnya, Kapten Paris terluka parah. Namun, Teuku
Raja Angkasah tidak langsung membunuhnya.
Kapten
Paris diberi kesempatan untuk memulihkan diri sampai sembuh. Dan setelah itu
ditantang lagi untuk bertanding pedang. Namun, adu pedang yang kedua ini tidak
dilakukan, karena Marsose Belanda mempunyai strategi lain. Marsose Belanda,
yang licik dan mahir tipu muslihat, menjebak Teuku Raja Angkasah beserta tiga
panglimanya. Pengepungan di Buket Gadeng itu, melibatkan puluhan marsose
Belanda dengan senjata lengkap. Diawali dengan adanya seorang pengkhianat yang
mengantarkan makanan.
Kemudian
pengkhianat ini dari belakang diikuti oleh Pasukan Marsose Belanda, saat Teuku
Raja Angkasah bersama Panglimanya menyantap makanan yang diduga telah diracun
untuk melemahkan badan, Pasukan Marsose Belanda melakukan penyergapan. Marsose
Belanda dengan jumlah lebih banyak - puluhan orang - dan bersenjata lengkap
menyerbu posisi kemah Teuku Raja Angkasah bersama 3 orang Panglimanya. Marsose
Belanda, yang licik dan mahir tipu muslihat, menjebak Teuku Raja Angkasah
beserta tiga panglimanya. Pengepungan di Buket Gadeng itu, melibatkan puluhan
marsose Belanda dengan senjata lengkap. Tembakan dilepaskan secara
bertubi-tubi, mengenai tubuh Raja Angkasa dan tiga panglimanya.
Dalam
kondisi terdesak ini Teuku Raja Angkasah sempat menggunakan karabinnya
(senapang tua). Karena terus ditembakan karabin itu menjadi sangat panas,
kemudian Teuku Raja Angkasah membuka sorbannya untuk membalut karabin yang
panas tersebut sambil mulutnya mengeluarkan sumpah serapah kepada Marsose
Belanda. Sebetulnya beberapa peluru telah mengenai badan Teuku Raja Angkasah
namun beliau masih bertahan. Saat dalam keadaan terdesak tersebut beliau masih
terus melakukan perlawanan. Namun kemudian peluru habis dan beliau kemudian
berteriak memaki Pasukan Marsose Belanda sambil mencoba menggunakan pedangnya
untuk menyerbu Marsose Belanda sambil mencoba menggunakan pedangnya untuk
menyerbu Marsose.
Pada
saat inilah seorang penembak jitu dari Pasukan Marsose Belanda berhasil
menembakan satu peluru menembus ke mulut beliau sehingga ajal pun menjemputnya.
Dia syahid bersama tiga panglimanya. Salah satu panglimanya hanyut terbawa arus
sungai saat marsose Belanda membombardir tempat persembunyian Teuku Raja
Angkasah dan panglimanya. Setelah syahid, pihak Belanda ingin memenggal kepala
Teuku Raja Angkasah dan dibawa ke Kuta Raja. Kepala Teuku Raja Angkasah, akan
diperlihatkan kepada Pejabat Tinggi Kolonial Belanda, sebagai bukti Raja
Angkasah telah dilumpuhkan. Namun, Raja Bakongan, yang saat itu dijabat
pamannya (dalam bahasa Aceh Ayahcut—red) berhasil mencegah. Akhirnya Teuku Raja
Angkasah dan panglimanya dimakamkan di Buket Gadeng.
Perang
Bakongan yang dipimpin Teuku Raja Angkasah, membuktikan bahwa perang di Aceh
tidak pernah berakhir, meskipun Sultan Aceh telah tertangkap Belanda pada tahun
1904. Setelah tahun 1904 masih banyak terjadi perang melawan Belanda di Aceh.
Salah satunya adalah perang di Bakongan yang membuat Teuku Raja Angkasah syahid
bersama tiga panglimanya. Jadi, sesungguhnya, Belanda tidak pernah menguasai
Aceh, namun yang terjadi, perang terus menerus antara Aceh dengan Belanda.
Mengenai tahun dan wafatnya Teuku Angkasah, ada beberapa pendapat. Sebagian
mengatakan 25 Oktober 1925, lainnya 25 Oktober 1928. Begitulah catatan
sejarahnya.
Rabu, 15 Februari 2012
tokoh sastra dunia
TOKOH SASTRA DUNIA
WILLIAM SHAKESPEARE
Karya yang dihasilkan Venus and Adonis, The Rape of Lucrece, Chamberlain’s Men
ERNEST HEMINGWAY
Karya yang dihasilkan adalah In Our Time, The Sun Also Rises, Men Without Women
SUHAR IBN AL-ABBAS AL-ABDI
Karya yang dihasilkan Al-Amthal yang bermaksud �bidalan�
ALAQAH IBN KARIM AL-KILABI
Karya yang dihasilkan Al-Amthal.
UBAID IBN SYIRYAH
Karya yang dihasilkan Kitab al-Muluk wa Akhbar al-Madhin
MAKHLUL AL-SYAMI
karyanya al-Sunan Fi al-Fiqh dan Kitab al-Masail fi al-fiqh
IBN AL-SAYID AL-BATALYAUSI
Karyanya al-Muthlath, al-Iqtizhab fi Syarh Adab al-Kuttab.
ABU AL-SULT IBN ABDUL AZIZ - SASTRAWAN SERBA BISA
Karyanya yang terkenal Hadiqah al-Adab, al-Mulah al-Asriyah dan al-Risalah al-Misriyah. Juga menghasilkan buku perubatan, falak dan logik.
IBN BAJJAH
Karyanya yang terkenal adalah Risalah al-Wida, dan karya lain berkenaan ilmu logik, psikologi, pemikiran, keturunan, politik dan perubatan
TAUFIQ ISMAIL
Karyanya yang tekenal adalah Malu aku jadi orang indonesia, tirani dan benteng
JAMIL SUHERMAN
Karyanya yang terkenal adalah Perjalanan ke Akhirat dan Manifestasi
Selasa, 14 Februari 2012
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ
SEJARAH TURUNNYA AL
QUR-AN
1.Hikmah diturunkannya Al Qur`an
secara berangsur-angsur
Al-Qur'an tidak diturunkan kepada
Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam sekaligus satu kitab. Tetapi secara
berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan peristiwa yang
melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah :
1. Menguatkan hati Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam. Dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan, ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.
2. Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur'an karena menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka untuk membuat satusurat
saja yang (tak perlu melebihi) sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak
sanggup membuat satu surat
saja yang seperti Qur'an, apalagi membuat langsung satu kitab.
3. Supaya mudah dihapal dan dipahami. Memang, dengan turunnya Qur'an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf seperti orang-orang arab pada saat itu.
1. Menguatkan hati Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam. Dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan, ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.
2. Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur'an karena menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu
3. Supaya mudah dihapal dan dipahami. Memang, dengan turunnya Qur'an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf seperti orang-orang arab pada saat itu.
4. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur'an dan giat mengamalkannya. Dengan begitu kaum muslimin waktu itu memang senantiasa menginginkan serta merindukan turunnya ayat-ayat Qur'an. Apalagi pada saat memerlukannya karena ada peristiwa yang sangat menuntut penyelesaian wahyu; seperti ayat-ayat mengenai kabar bohong yang disebarkan oleh kaum munafik untuk memfitnah bunda Aisyah,dan ayat-ayat tentang li'an.
5. Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur; yakni dimulai dari maslaah-masalah yang sangat penting kemudian menyusul masalah-masalah yang penting.
TEMPAT WISATA ACEH SELATAN
No.
|
Nama Objek Wisata
|
Jenis Objek Wisata
|
Lokasi-Desa/Lurah
|
Lokasi-Kecamatan
|
Luas
Tanah/
Area
|
Satuan
|
Status Hak Tanah
|
Pemilik/Pengelola-Nama
Perusahaan
|
Prasarana
Perhubungan
|
1
|
Sungai Krueng
Baru
|
Alam (minat khusus)
|
Krueng Baru
|
Labuhanhaji Barat
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Negara
|
||
2
|
Kuburan Syahit
|
Spiritual (budaya)
|
Pante Geulima
|
Labuhanhaji Barat
|
40
|
m2
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Negara
|
3
|
Alam (minat khusus)
|
Pucok Peulokan
|
Labuhanhaji Barat
|
1
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
|
4
|
Makam Syech Muda
Wally Alkhalidy
|
Sejarah (spiritual)
|
Blang Poroh
|
Labuhanhaji Barat
|
0.25
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
5
|
Suluk Pesantren
Darussalam
|
Spiritual
|
Blang Poroh
|
Labuhanhaji Barat
|
1
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
6
|
Alam (minat khusus)
|
Kauman Pisang
|
Labuhanhaji Tengah
|
4
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
|
7
|
Sungai Pagar Gantung
|
Alam
|
Kauman
|
Labuhanhaji Tengah
|
3
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
8
|
Pantai Ujung
|
Alam
|
Pasar lama
|
Labuhanhaji Tengah
|
2
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
9
|
Al Qur'an Ds Dalam
|
Spiritual (sejarah)
|
Dalam
|
Labuhanhaji Tengah
|
400
|
m
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
10
|
Pelabuhan
Penyebrangan Antar Pulau
|
Bahari (minat
khusus)
|
Pasar lama
|
Labuhanhaji Tengah
|
4
|
Ha
|
Pemkab Asel
|
Pemkab Asel
|
Jalan Negara
|
11
|
Kolam Air Sejuk
|
Alam (minat khusus)
|
Bakou Hulu
|
Labuhanhaji Tengah
|
2
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
12
|
Pantai Gosong
|
Alam (minat khusus)
|
Labuhanhaji Tengah
|
3
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
|
13
|
Alam (minat khusus)
|
Labuhanhaji Tengah
|
3
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
||
14
|
Pantai Batu Melesus
|
Alam
|
Kemuemue Hilir
|
Labuhanhaji Tengah
|
3
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
15
|
Sungai Batu Bemujan
|
Alam
|
Kemuemue Seberang
|
Labuhanhaji Timur
|
4
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
16
|
Pantai Batu
Bertupang
|
Alam
|
Kemuemue Hilir
|
Labuhanhaji Timur
|
3
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Setapak
|
17
|
Pantai Batu
Bermenung
|
Alam
|
Paya Peulumat
|
Labuhanhaji Timur
|
3
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Setapak
|
18
|
Makam Tgk. Keuramat
Peulumat
|
Spiritual (sejarah)
|
Desa Batuang
|
Labuhanhaji Timur
|
0.5
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
19
|
Pantai Lhok Aman
|
Alam
|
Lhok Aman
|
Meukek
|
5
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
20
|
Pantai Lhok
Bengkuang
|
Alam
|
Blang Kuala
|
Meukek
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Setapak
|
21
|
Air Terjun Ceiraceu
|
Alam
|
Labuhan Tarok
|
Meukek
|
2
|
Ha
|
Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Desa
|
22
|
Pantai Pasie Tuan
Hilang
|
Alam
|
Sawang I
|
Sawang
|
3
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Setapak
|
23
|
Air Terjun Tuwi Lhok
|
Alam
|
Lhok Pawoh
|
Sawang
|
1
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
24
|
Pulau Serudung
|
Alam
|
Sawang Ba'u
|
Sawang
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Setapak
|
25
|
Sungai Tring Meuduro
|
Alam (minat khusus)
|
Tring Meuduro
|
Sawang
|
2
|
Ha
|
Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Kabupaten
|
26
|
Pantai Batu Berlayar
|
Alam
|
Gunung Cut
|
Samadua
|
4
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Lingkar
|
27
|
Sungai Sikabu
|
Alam
|
Gunung Ketek
|
Samadua
|
2
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Kabupaten
|
28
|
Sungai Lubuk Layu
|
Alam
|
Lubuk Layu
|
Samadua
|
2
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Kabupaten
|
29
|
Air Terjun Air
Dingin
|
Alam
|
Desa Bateetunggay
|
Samadua
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Negara
|
30
|
Pantai Pasir Putih
|
Alam
|
Batee Tunggal
|
Samadua
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Negara
|
31
|
Batu Sumbang
|
Alam
|
Alur Pinang
|
Samadua
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Desa
|
32
|
Gunung Lampu
|
Alam
|
Hilir
|
Tapaktuan
|
3
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Setapak
|
33
|
Makam Tuan Tapa
& Tuan Tapa
|
Sejarah (budaya)
|
Hilir
|
Tapaktuan
|
4
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Setapak
|
34
|
Pantai Lhok Rukam
|
Alam
|
Lhok Rukam
|
Tapaktuan
|
500
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
35
|
Air Terjun Tingkat
Tujuh
|
Alam
|
Batu Itam
|
Tapaktuan
|
5
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
36
|
Lubuk Simirah
|
Alam
|
Jamboo Apha
|
Tapaktuan
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
||
37
|
Pantai Rindu Alam
|
Alam
|
Lhok Keutapang
|
Tapaktuan
|
2
|
Ha
|
Milik Masyarakat
|
Nasruddin SH
|
Jalan Aspal
|
38
|
Alam (minat khusus)
|
Jamboo Apha
|
Tapaktuan
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Desa
|
|
39
|
Panorama Hatta
|
Alam
|
Lhok Rukam
|
Tapaktuan
|
4
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Negara
|
40
|
Pasir Setumpuk
|
Alam
|
Lhok Rukam
|
Tapaktuan
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
41
|
Kolam Renang Aroya
|
Alam (minat khusus)
|
Lhok Bengkuang
|
Tapaktuan
|
2
|
Ha
|
Masyarakat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
42
|
Mesjid Tuo
|
Sejarah (budaya)
|
Tapaktuan
|
0.5
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
|
43
|
Bangker Jepang
|
Sejarah (budaya)
|
Hilir
|
Tapaktuan
|
0.2
|
Ha
|
Pemkab Asel
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
44
|
Bepak Belanda
|
Sejarah (budaya)
|
Panton Luas
|
Tapaktuan
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
45
|
Pantai Pasie
Rasian/Lancang Tujoh
|
Alam
|
Pasie Rasian
|
Kluet Utara
|
40
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Negara
|
46
|
Pasie Ladang Tuha
|
Alam
|
Ladang Tuha
|
Pasie Raja
|
5
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
47
|
Pucok Krueng
|
Alam (minat khusus)
|
Pucuk Krueng
|
Pasie Raja
|
1
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Desa
|
48
|
Pantai Kuala Ba'u
|
Alam
|
Kuala Ba'u
|
Kluet Utara
|
30
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
49
|
Mesjid Tua Pulo
Kameng
|
Sejarah (budaya)
|
Pulo Kameng
|
Kluet Utara
|
1
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Kabupaten
|
50
|
Irigasi Gunong
Pudong
|
Alam (minat khusus)
|
Ruak
|
Kluet Timur
|
3
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
51
|
Irigasi Paya Dapur
|
Alam
|
Paya Dapur
|
Kluet Barat
|
40
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
52
|
Makam T. Panglima
Raja Lelo
|
Sejarah
|
Sapik
|
Kluet Barat
|
0.5
|
Ha
|
Pemkab Asel
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
53
|
Makam Teuku Cut Ali
|
Sejarah
|
Suak Bakong
|
Kluet Selatan
|
1
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Negara
|
54
|
Pantai Cemara Lubuk
Sipuru
|
Alam
|
Suak Bakong
|
Kluet Selatan
|
4
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Desa
|
55
|
Hutan Lindung
|
Alam (minat khusus)
|
Pulau Lembang
|
Kluet
Selatan/Bakluet Barat
|
Louser
|
Pemkab Asel
|
Jalan Negara
|
||
56
|
Hutan Lindung
|
Sejarah
|
Sapik
|
Kluet
Selatan/Bakluet Barat
|
0.5
|
Ha
|
Pemkab Asel
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
57
|
Pantai Ujung Karang
|
Alam
|
Ujung Mangki
|
Bakongan Timur
|
3
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Baik
|
58
|
Pulau Karang
|
Alam
|
Ujung Mangki
|
Bakongan Timur
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
59
|
Makam Teuku Raja Angkasah
|
Sejarah (budaya)
|
Bukit Gading
|
Bakongan
|
0.5
|
Ha
|
Pemkab Asel
|
Pemkab Asel
|
Jalan Kabupaten
|
60
|
Danau Laut Bangko
|
Alam (minat khusus)
|
Simpang
|
Bakongan
|
5
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
61
|
Pantai Ujung Pulo
Cut
|
Alam
|
Ujung Pulau
|
Bakongan Timur
|
20
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Kabupaten
|
62
|
Pantai Lhok Jamin
|
Alam
|
Sawah Tingkim
|
Bakongan Timur
|
5
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
63
|
Pulau Dua
|
Alam
|
Ujung Pulau
|
Bakongan Timur
|
4
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
64
|
Irigasi Simpang
Sibadeh/Air Terjun
|
Alam (minat khusus)
|
Simpang
|
Bakongan Timur
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Pemkab Asel
|
Jalan Kabupaten
|
65
|
Pantai Lubuk Simerah
|
Alam
|
Lubuk Simerah
|
Trumon
|
1
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Jalan Aspal
|
66
|
Pantai Trumon
|
Alam
|
Keuda Trumon
|
Trumon
|
20
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Baik
|
67
|
Pulau Trumon
|
Alam
|
Keuda Trumon
|
Trumon
|
10
|
Ha
|
Tanah Negara
|
Pemkab Asel
|
Baik
|
68
|
Benteng Kuta Batu
|
Sejarah (budaya)
|
Keuda Trumon
|
Trumon
|
1
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Aspal
|
69
|
Batee
|
Alam (minat khusus)
|
Panton Bili
|
Trumon
|
2
|
Ha
|
Adat
|
Masyarakat
|
Jalan Desa
|
Langganan:
Postingan (Atom)