ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ
SEJARAH TURUNNYA AL
QUR-AN
1.Hikmah diturunkannya Al Qur`an
secara berangsur-angsur
Al-Qur'an tidak diturunkan kepada
Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam sekaligus satu kitab. Tetapi secara
berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan peristiwa yang
melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah :
1. Menguatkan hati Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam. Dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan, ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.
2. Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur'an karena menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka untuk membuat satusurat
saja yang (tak perlu melebihi) sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak
sanggup membuat satu surat
saja yang seperti Qur'an, apalagi membuat langsung satu kitab.
3. Supaya mudah dihapal dan dipahami. Memang, dengan turunnya Qur'an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf seperti orang-orang arab pada saat itu.
1. Menguatkan hati Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam. Dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan, ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.
2. Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur'an karena menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu
3. Supaya mudah dihapal dan dipahami. Memang, dengan turunnya Qur'an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf seperti orang-orang arab pada saat itu.
4. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur'an dan giat mengamalkannya. Dengan begitu kaum muslimin waktu itu memang senantiasa menginginkan serta merindukan turunnya ayat-ayat Qur'an. Apalagi pada saat memerlukannya karena ada peristiwa yang sangat menuntut penyelesaian wahyu; seperti ayat-ayat mengenai kabar bohong yang disebarkan oleh kaum munafik untuk memfitnah bunda Aisyah,dan ayat-ayat tentang li'an.
5. Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur; yakni dimulai dari maslaah-masalah yang sangat penting kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Nah, karena masalah yang sangat pokok dalam Islam adalah masalah Iman, maka pertama kali yang dipriorotaskan oleh Al-Qur'an ialah tentang keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada kitab-kitbnya, para rasulnya, iman kepdaa hari akhir, kebangkitan dari kubur, dan surga neraka
2.Al-Quran
pada jaman Rasulullah SAW.
Pengumpulan
Al-Qur’an pada zaman Rasulullah SAW ditempuh dengan dua cara:
Pertama : al Jam'u fis Sudur
Kedua : al Jam'u fis Suthur
Yaitu
wahyu turun kepada Rasulullah SAW ketika beliau berumur 40 tahun yaitu 12 tahun
sebelum hijrah ke madinah. Kemudian wahyu terus menerus turun selama kurun
waktu 23 tahun berikutnya dimana Rasulullah. SAW setiap kali turun wahyu
kepadanya selalu membacakannya kepada para sahabat secara langsung dan menyuruh
mereka untuk menuliskannya sembari melarang para sahabat untuk menulis
hadis-hadis beliau karena khawatir akan bercampur dengan Al-Qur’an.
Biasanya
sahabat menuliskan Al-Qur’an pada media yang terdapat pada waktu itu berupa
ar-Riqa' (kulit binatang), al-Likhaf (lempengan batu), al-Aktaf (tulang
binatang), al-`Usbu ( pelepah kurma). Sedangkan jumlah sahabat yang menulis
Al-Qur’an waktu itu mencapai 40 orang.
Dari
kebiasaan menulis Al-Qur’an ini menyebabkan banyaknya naskah-naskah (manuskrip)
yang dimiliki oleh masing-masing penulis wahyu, diantaranya yang terkenal
adalah: Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit
dan Salin bin Ma'qal.
Adapun
hal-hal yang lain yang bisa menguatkan bahwa telah terjadi penulisan Al-Qur’an
pada waktu itu adalah Rasulullah SAW melarang membawa tulisan Al-Qur’an ke
wilayah musuh. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah kalian membawa
catatan Al-Qur’an kewilayah musuh, karena aku merasa tidak aman (khawatir)
apabila catatan Al-Qur’an tersebut jatuh ke tangan mereka”.
Sepanjang
hidup Rasulullah s.a.w Al-Qur’an selalu ditulis bilamana beliau mendapat wahyu
karena Al-Qur’an diturunkan tidak secara sekaligus tetapi secara bertahap.
3.Al-Quran pada
zaman Khalifah Abu Bakar as Sidq
Sepeninggal
Rasulullah SAW, istrinya `Aisyah menyimpan beberapa naskah catatan
(manuskrip) Al-Qur’an, dan pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a terjadilah
Jam'ul Quran yaitu pengumpulan naskahnaskah atau manuskrip Al-Qur’an yang
susunan surah-surahnya menurut riwayat masih berdasarkan pada turunnya wahyu
(hasbi tartibin nuzul).
Imam
Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya sebab-sebab yang melatarbelakangi
pengumpulan naskah-naskah Al-Qur’an yang terjadi pada masa Abu Bakar yaitu
Atsar yang diriwatkan dari Zaid bin Tsabit r.a. yang berbunyi:
"Suatu ketika Abu bakar
menemuiku untuk menceritakan perihal korban pada perang Yamamah , ternyata Umar
juga bersamanya. Abu Bakar berkata :" Umar menghadap kapadaku dan
mengatakan bahwa korban yang gugur pada perang Yamamah sangat banyak khususnya
dari kalangan para penghafal Al-Qur’an, aku khawatir kejadian serupa akan
menimpa para penghafal Al-Qur’an di beberapa tempat sehingga suatu saat tidak
akan ada lagi sahabat yang hafal Al-Qur’an, menurutku sudah saatnya engkau
wahai khalifah memerintahkan untuk mengumpul-kan Al-Qur’an, lalu aku berkata
kepada Umar : " bagaimana mungkin kita melakukan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah s. a. w. ?" Umar menjawab: "Demi Allah, ini
adalah sebuah kebaikan".
Selanjutnya
Umar selalu saja mendesakku untuk melakukannya sehingga Allah melapangkan
hatiku, maka aku setuju dengan usul umar untuk mengumpulkan Al-Qur’an.
Zaid
berkata: Abu bakar berkata kepadaku : "engkau adalah seorang pemuda yang
cerdas dan pintar, kami tidak meragukan hal itu, dulu engkau menulis wahyu
(Al-Qur’an) untuk Rasulullah s. a. w., maka sekarang periksa dan telitilah
Al-Qur’an lalu kumpulkanlah menjadi sebuah mushaf".
Zaid
berkata : "Demi Allah, andaikata mereka memerintahkan aku untuk memindah
salah satu gunung tidak akan lebih berat dariku dan pada memerintahkan aku
untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Kemudian aku teliti Al-Qur’an dan mengumpulkannya
dari pelepah kurma, lempengan batu, dan hafalan para sahabat yang lain).
Kemudian
Mushaf hasil pengumpulan Zaid tersebut disimpan oleh Abu Bakar, peristiwa
tersebut terjadi pada tahun 12 H. Setelah ia wafat disimpan oleh khalifah
sesudahnya yaitu Umar, setelah ia pun wafat mushaf tersebut disimpan oleh
putrinya dan sekaligus istri Rasulullah s.a.w. yang bernama Hafsah binti Umar
r.a.
Semua
sahabat sepakat untuk memberikan dukungan mereka secara penuh terhadap apa yang
telah dilakukan oleh Abu bakar berupa mengumpulkan Al-Qur’an menjadi sebuah
Mushaf. Kemudian para sahabat membantu meneliti naskah-naskah Al-Qur’an dan
menulisnya kembali.
4.Al-Quran pada
jaman khalifah Umar bin Khatab
Tidak
ada perkembangan yang signifikan terkait dengan kodifikasi Al-Qur’an yang dilakukan
oleh khalifah kedua ini selain melanjutkan apa yang telah dicapai oleh khalifah
pertama yaitu mengemban misi untuk
menyebarkan islam dan
mensosialisasikan sumber utama ajarannya yaitu Al-Qur’an pada wilayah-wilayah
daulah islamiyah baru yang berhasil dikuasai dengan mengirim para sahabat yang
kredibilitas serta kapasitas ke-Al-Quranan-nya bisa dipertanggungjawabkan
Diantaranya adalah Muadz bin Jabal, `Ubadah bin Shamith dan Abu Darda'.
5.Al-Quran pada
jaman khalifah Usman bin ‘Affan
Pada
masa pemerintahan Usman bin 'Affan terjadi perluasan wilayah islam di luar
Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa
arab saja ('Ajamy). Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif.
Salah
satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al-Qur’an, karena bahasa asli
mereka bukan bahasa arab. Fenomena ini di tangkap dan ditanggapi secara cerdas
oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan muslim
yang bernama Hudzaifah bin al-yaman.
Lalu
Usman meminta Hafsah meminjamkan Mushaf yang di pegangnya untuk disalin oleh
panitia yang telah dibentuk oleh Usman yang anggotanya terdiri dari para
sahabat diantaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin al'Ash,
Abdurrahman bin al-Haris dan lain-lain.
Kodifikasi
dan penyalinan kembali Mushaf Al-Qur’an ini terjadi pada tahun 25 H, Usman
berpesan apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan agar mengacu pada Logat
bahasa suku Quraisy karena Al-Qur’an diturunkan dengan gaya bahasa mereka.
Setelah
panitia selesai menyalin mushaf, mushaf Abu bakar dikembalikan lagi kepada
Hafsah. Selanjutnya Usman memerintahkan untuk membakar setiap naskah-naskah dan
manuskrip Al-Qur’an selain Mushaf hasil salinannya yang berjumlah 6 Mushaf.
Mushaf
hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar yaitu Kufah, Basrah,
Mesir, Syam dan Yaman. Usman menyimpan satu mushaf untuk ia simpan di Madinah
yang belakangan dikenal sebagai Mushaf al-Imam.
Tindakan
Usman untuk menyalin dan menyatukan Mushaf berhasil meredam perselisihan
dikalangan umat islam sehingga ia manual pujian dari umat islam baik dari dulu
sampai sekarang sebagaimana khalifah pendahulunya Abu bakar yang telah berjasa
mengumpulkan Al-Qur’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar